23 Januari 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Universitas Negeri Surabaya merupakan lembaga tinggi yang menyelenggarakan kegiatannya berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni, penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Peran utamanya adalah meningkatkan sumber daya manusia, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia.
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan merupakan salah satu jurusan di lingkungan Universitas Negeri Surabaya yang menghasilkan tenaga kependidikan non guru, yakni salah satunya adalah dalam bidang ilmu komunikasi. Oleh karena itu, jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya berupaya se-optimal mungkin untuk menciptakan lulusan yang profesional mulai dari desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan hingga evaluasi media khususnya media pendidikan. Salah satu mata kuliah tersebut adalah pengantar komunikasi yang didalamnya meliputi menyampaikan pesan secara lisan maupun tertulis. Untuk menerapkan berbagai teori yang telah diperoleh sebelumnya selama perkuliahan maka diselenggarakan  mata kuliah lanjutan yang berupa mata kuliah magang dengan harapan mampu mencetak lulusan yang profesional dan siap kerja sehingga mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Indonesia. 
Secara garis besar ada 3 kategori profil akademik yang diharapkan dari lulusan program studi teknologi pendidikan yakni : (1) dapat mendesain dan mengembangkan sistem pembelajaran dengan menggunakan prinsip-prinsip teknologi komunikasi atau pendidikan, (2) dapat memilih, merancang, dan memproduksi media/bahan pembelajaran baik yang bersifat elektronik maupun non elektronik, dan (3) dapat mengelola dan menggunakan berbagai sumber belajar untuk kegiatan pembelajaran/pelatihan.

B.       Pengertian Magang
Magang dalam Kamus bahasa Indonesia berarti 1. calon pegawai (sudah bekerja, tetapi belum mendapat gaji karena masih dianggap taraf belajar); 2. (bekerja) menjadi calon pegawai. Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dimana program studi mengharuskan para mahasiswa untuk melakukan  magang kerja di pusat sumber belajar pada suatu lembaga pendidikan dan pelatihan atau perusahaan yang berkaitan dengan spesifikasi Teknologi Pendidikan, guna menambah ilmu pengetahuan serta keterampilan yang telah didapatkan selama proses belajar mengajar di program studi Teknologi Pendidikan. Selain itu, dengan adanya magang kerja diharapkan dapat memberikan pembekalan kemampuan bagi mahasiswa untuk mengamati objek-objek berbagai sumber belajar dan permasalahannya, serta pemanfaatannya sebagai bahan kajian pengembangan baik dalam proses produksi maupun pengelolaan sumber belajar.
C.      Tujuan Magang
Tujuan Umum
1.          Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan Teknologi Pendidikan  ke dalam dunia nyata atau dunia kerja.
2.          Mempersiapkan mahasiswa untuk masuk dalam dunia kerja nyata.
Tujuan Khusus
1.       Mampu mencari informasi yang paling baru sehingga menarik untuk di sajikan.
2.       Mampu menyeleksi berita yang layak untuk di sajikan.
3.       Mampu mendesain informasi menjadi sebuah berita yang menarik untuk dibaca
4.       Mampu berkomunikasi dan berorganisasi dengan di dalam dunia kerja.
5.       Mampu bekerjasama dengan rekan dalam dunia kerja.
6.       Mampu menjalin hubungan baik dengan rekan kerja.
D.      Tempat Magang
Dalam memilih tempat untuk magang, para mahasiswa dibebaskan untuk memilih sendiri instansi tempat magang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki sehingga mahasiswa mampu menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan namun tetap dengan persetujuan dosen Pembina mata kuliah magang. Dalam hal ini peserta magang memilih magang di CV BORNEO PUTRA JAYA.
E.     Waktu Pelaksanaan Magang
             Pelaksanaan kegiatan magang kerja telah berlangsung selama dua bulan yaitu mulai dari tanggal 10 Maret 2011 hingga 9 Mei 2011. Lama pelaksanaan kegiatan magang kerja yang peserta magang terapkan sesuai dengan pedoman magang kerja dari Universitas Negeri Surabaya.


BAB II
DESKRIPSI HASIL PELAKSANAAN MAGANG

A.    Media
1.        Pengertian Pelatihan
PELATIHAN: Kegiatan melatih atau membimbing untuk mengembangkan atau memperoleh ketrampilan.
2.        Pengertian CV:
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas. Karena, berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar sebesar Rp. 50jt dan harus di setor ke kas Perseroan minimal 25%nya, untuk CV tidak ditentukan jumlah modal minimal. Jadi, misalnya seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro jasa, perdagangan, catering, dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai alternatif Badan Usaha yang memadai.Apakah bedanya CV dengan PT?
Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT merupakan Badan Hukum, yang dipersamakan kedudukannya dengan orang dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya. Jadi, PT dapat bertindak keluar baik di dalam maupun di muka pengadilan sebagaimana halnya dengan orang, serta dapat memiliki harta kekayaan sendiri. Sedangkan CV, dia merupakan Badan Usaha yang tidak berbadan hukum, dan kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
3.        Karakteristik
Karakteristik CV yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya adalah: CV didirikan minimal oleh dua orang, dimana salah satunya akan bertindak selaku Persero Aktif (persero pengurus) yang nantinya akan bergelar Direktur, sedangkan yang lain akan bertindak selaku Persero Komanditer (Persero diam). Seorang persero aktif akan bertindak melakukan segala tindakan pengurusan atas Perseroan; dengan demikian, dalam hal terjadi kerugian maka Persero Aktif akan bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh harta pribadinya untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga. Sedangkan untuk Persero Komanditer, karena dia hanya bertindak selaku sleeping partner, maka dia hanya bertanggung jawab sebesar modal yang disetorkannya ke dalam perseroan.
Perbedaan lain yang cukup penting antara PT dengan CV adalah, dalam melakukan penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan pembagiannya seperti halnya PT. Jadi, para persero harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, atau membuat catatan yang terpisah. Semua itu karena memang tidak ada pemisahan kekayaan antara CV dengan kekayaan para perseronya.
B.     Pendirian CV
BAGAIMANA CARA MENDIRIKAN CV?
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu hanya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia. Walaupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke kantor Notaris dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperukan adanya pengecekan nama CV terlebih dahulu. Oleh karena itu proses nya akan lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan pendirian PT.
Namun demikian, dengan tidak didahuluinya dengan pengecekan nama CV, menyebabkan nama CV sering sama antara satu dengan yang lainnya.
Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah adanya persiapan mengenai:
1.  Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut
2.  tempat kedudukan dari CV
3.  Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku persero diam.
4. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya).
Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup hanya dengan akta Notaris tersebut, namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan.
Apakah itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan saja sudah cukup?
Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun, apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk keperluan tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
1.  Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2.  Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3.  Tanda Daftar Perseroan (khusus CV)
4.  Keanggotaan pada KADIN Jakarta.
Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan pendirian CV dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
1. Copy kartu keluarga Persero Pengurus (Direktur) CV
2. Copy NPWP Persero Pengurus (Direktur) CV
3. Copy bukti pemilikan atau penggunaan tempat usaha, dimana
a. apabila milik sendiri, harus dibuktikan dengan copy sertifikat dan copy bukti pelunasan PBB th terakhir
b. apabila sewa kepada orang lain, maka harus dibuktikan dengan adanya perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa (Pph) oleh pemilik tempat. sebagai catatan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta, untuk wilayah Jakarta, yang dapat digunakan sebagai tempat usaha hanyalah Rumah toko, pasar atau perkantoran. Namun ada daerah-daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang tidak membayakan lingkungan, asalkan mendapat persetujuan dari RT/RW setempat
4. Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah
Jangka waktu pengurusan semua ijin-ijin tersebut dari pendirian sampai dengan selesai lebih kurang selama 2 bulan.
Sebagai penutup, saya sarankan agar dalam mendirikan suatu bidang usaha, alangkah baiknya untuk dipertimbangkan dari segala segi, tidak hanya dari segi kepraktisannya, namun juga dari segi pembagian resiko di antara para persero, agar tidak terjadi pertentangan di kemudian hari.

  1. Sea Survival
BASIC SEA SURVIVAL
Oleh: Indratmo Jaring Prasojo, S.T.
Kemampuan bertahan diri seorang manusia dari lingkungan sekitar bisa berasal dari dirinya yang merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa atas disertakannya akal dalam penciptaan manusia atau bisa juga bertambah dari proses berlatih maupun kebiasaan bersentuhan dengan alam lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar tersebut bisa saja habitat asli maupun habitat asing. Jungle dan Sea Survival merupakan dua contoh mekanisme bertahan manusia terhadap lingkungan sekitar yang bukan merupakan habitat aslinya. Terdapat juga istilah Urban Survival, di sini manusia dengan segenap skill-nya dituntut mampu bertahan di lingkungan kota yang notabene merupakan habitat aslinya.
Basic Sea Survival Training merupakan salah satu pelatihan yang harus dilalui oleh para pekerja di industri Oil and Gas, terutama yang berlokasi kerja di offshore. Pelatihan lain yang harus dilalui adalah Basic Fire Fighting dan First Aid Training. Tingkat resiko yang tinggi dan kesadaran akan keselamatan yang semakin berkembang serta peraturanperaturan internasional maupun regional yang berlaku menjadikan pelatihan-pelatihan tersebut adalah minimum requirements yang harus dipenuhi di samping pelatihan-pelatihan lain dengan level yang lebih tinggi. Lingkungan laut yang bukan merupakan habitat asli manusia memiliki karateristik yang musti dipahami dan dimengerti oleh manusia. Sang Pencipta memberikan akal kepada manusia bukan ditujukan untuk melawan kehendak alam, melainkan agar manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada di dirinya dalam rangka bersentuhan dengan alam.
Man Over Board (terjatuh ke laut), platform collapse (anjungan runtuh), kebakaran di anjungan, kapal tenggelam, kecelakaan saat transfer pekerja dari jetty ke boat, dari boat ke boat landing di anjungan adalah serentetan resiko yang mungkin terjadi di laut lepas maupun muara-muara sungai di tepi laut.
Secara umum kecelakaan di laut bisa diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kriteria umum, yaitu kecelakaan yang controlled dan uncontrolled. Bila terjadi accident dan masih memiliki waktu cukup, personal on board dapat dievakuasi menggunakan alat-alat keselamatan yang tersedia baik di kapal maupun offshore platform (misal: sekoci, lifecraft).
Melompat ke laut merupakan tindakan yang terakhir dilakukan bila diperkirakan tidak memiliki waktu cukup untuk pindah ke peralatan-peralatan keamanan yang tersedia baik di platform maupun kapal atau lazim disebut dengan PFD (Personal Floatation Devices). Dalam meninggalkan tempat kecelakaan diperlukan teknik-teknik khusus untuk meminimalisasi tejadinya kecelakaan yang fatal. Selain kewajiban menggunakan life jacket atau pelampung, usahakan melompat dengan ketinggian di bawah 5 meter. Bila berada di main atau upper deck usahakan untuk turun ke cellar atau sub cellar deck agar ketinggian lompat semakin berkurang.
Teknik melompat ke permukaan air juga dipelajari dalam basic sea survival training. Seperti pelatihan-pelatihan fisik yang lain, dalam memulai basic sea survival training para trainees diwajibkan menggunakan wear pack dan equipments lainnya yang sesuai dan diawali dengan warming up.
Terdapat 5 jenis tipe life jacket atau pelampung. Tipe I adalah pelampung yang digunakan untuk lokasi kerja di offshore, pelampung jenis ini akan menopang kepala korban sehingga dalam posisi bagaimanapun (misal: pingsan) kepala korban akan berada di atas permukaan air. Tipe II adalah pelampung untuk lokasi kerja di near shore. Tipe III adalah pelampung yang digunakan untuk mengapung dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan Tipe IV adalah pelampung yang di desain untuk kegiatan olahraga. Pelampung Tipe V adalah pelampung yang di desain khusus, salah satu bentuknya adalah seperti ban bekas yang banyak digunakan di kolam renang.
Setelah turun dan mencapai level aman untuk melompat ke permukaan air, perhatikan lokasi tempat akan mendarat. Pastikan permukaan tempat yang akan dituju clear dari serpihan-serpihan maupun korban lain. Perhatikan juga arah angin dengan cara melihat bendera atau benda-benda ringan lainnya. Bila tidak ada gunakan sapu tangan atau basahi tangan dengan air kemudian angkat ke atas dan putar perlahan. Sisi tangan yang dingin pada saat posisi tersebut adalah posisi darimana arah angin bertiup. Jangan melompat sejajar dengan arah angin karena bisa saja api (bila accident-nya adalah kebakaran platform) menyambar setelah korban berada di permukaan air. Lakukan lompatan ke arah berlawanan dengan arah angin, ambil sudut sekitar 30o – 45o, hal ini sebagai antisipasi bila arus laut membawa korban ke arah sumber accident maka akan ada selisih jarak, sehingga korban tidak terbawa tepat ke sumber accident.
Tutup hidung dan mulut menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan jempol ke dalam bila kuku jempol dirasa bisa membahayakan wajah. Peluk dengan erat pelampung menggunakan tangan sebelah, yakinkan pelampung dipeluk seerat mungkin untuk menghindari cidera dagu saat mengalami hentakan dengan permukaan air. Pandang ke arah horizontal dan melangkah ke depan dengan pasti. Sesaat setelah melangkah segera kunci dan posisikan kaki menyilang untuk melindungi bagian vital dari hentakan dengan permukaan air. Setelah terjun ke air dan mengapung dengan sempurna, putar badan 180o sehingga posisi badan menghadap ke arah sumber bahaya agar bisa melakukan antisipasi bila ada serpihan maupun bahaya yang bersumber dari sumber kecelakaan. Selanjutnya, berenang menjauhi kapal atau platform yang collapse. Arah renang adalah ke belakang bukan ke depan karena akan sangat sulit berenang ke arah depan saat menggunakan pelampung. Gunakan tenaga seefisien mungkin karena yang terpenting pada kondisi ini adalah bukan kekuatan individu korban, melainkan kebijakan dalam mengalokasikan dan menggunakan tenaga yang tersisa agar bisa mengulur waktu sebelum tim SAR (Searh and Rescue) datang atau lifecraft terkembang dengan sempurna.
Pada kondisi di permukaan air terdapat 3 (tiga) bahaya utama, yaitu mati karena tenggelam, exposure kepada elemen alam (misal sinar matahari, meminum air laut, luka yang bisa mengundang binatang laut, dan dinginnya air laut yang bisa mengakibatkan hypothermia), bahaya ke-tiga adalah ter-expose kembali ke bahaya awal.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan bertahan hidup seorang korban saat berada di laut adalah kekuatan fisik, berat badan, pakaian yang digunakan, dan penggunaan alat bantu apung. Lemak pada korban bisa berfungsi menghangatkan tubuh korban, pakaian yang tebal juga bisa menjadi penolong sementara, dan pengetahuan yang baik mengenai penggunaan alat bantu apung bisa menambah probabilities korban untuk bisa bertahan hidup sampai tim SAR datang ke lokasi.
Setelah berada di lokasi aman dari bahaya, lakukan posisi HELP (Heat Escape Lessening Procedure) bila korban seorang diri. Posisi ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan panas tubuh dari ketiak, dada dan selangkangan. Posisi HELP adalah seperti pada saat seseorang dalam posisi tidur/berbaring karena kedinginan. Bila jumlah korban lebih dari 3 (tiga), lakukan posisi HUDDLE, kaitkan tangan-tangan korban membentuk lingkaran penuh. Posisi ini berfungsi untuk bisa saling menghangatkan tubuh-tubuh korban, selain itu bila ada korban yang terluka atau dalam keadaan lebih lemah bisa diletakkan di tengah-tengah lingkaran. Putar tubuh 180o dan tetap pada posisi melingkar bila ada ancaman bahaya dari luar. Manfaat lain yang juga penting dari posisi HUDDLE ini adalah agar para korban bisa melakukan komunikasi satu dengan lainnya sehingga bisa memotivasi korban lain yang sudah mulai putus asa karena dalam kondisi seperti ini hal paling penting yang harus dimiliki korban adalah keinginan dan kemantapan hati untuk mau bertahan sampai bantuan datang.
Hypothermia adalah salah satu ancaman yang bisa saja menyerang korban di permukaan laut. Seseoang dianggap mengalami hypothermia apabila temperatur tubuhnya berada di bawah 35o celcius. Hilang atau berkurangnya temperatur tubuh manusia berasal dari kepala (25%), selangkangan, ketiak dan dada. Air bisa menyebabkan hilangnya panas tubuh 20-26 kali lebih cepat ketimbang angin. Gejala-gejala hypothermia itu sendiri adalah menggigil (kedinginan), mati rasa, mengigau (mengeluarkan kata-kata yang tidak beraturan), amnesia, halusinasi, pembengkakan pada kaki dan tangan, dan cyanosis (bibir, ujung jari-jari kaki dan tangan menjadi biru). Sedangkan perawatan pada korban hypothermia adalah dengan memberikan tempat berteduh, tutupi tubuh korban menggunakan selimut, peluk tubuh korban (hangatkan dengan panas tubuh penolong), lepaskan pakaian basah yang melekat pada tubuh korban, lakukan monitor pada bagian-bagian vital, jangan memijat atau menggosok tubuh korban  karena pada saat kondisi tersebut lapisan kulit korban menjadi fragile atau brittle (getas).
Langkah selanjutnya yang musti dilakukan oleh korban-korban yang berada di permukaan laut adalah mencari lokasi lifecraft bila bantuan tidak kunjung datang. Lifecraft adalah peralatan standar yang tersedia di platform atau kapal. Pengoperasiannya bisa dilakukan manually atau dengan sistem hidrostatis. Bila keadaan masih terkontrol, turunkan lifecraft ke permukaan laut dari level ketinggian yang cukup. Tarik pemicu pada lifecraft sehingga bisa terkembang. Lifecraft bisa juga terlepas dan terkembang automatically dengan adanya mekanisme hidrostatis. Pada kedalaman 3-4 meter lifecraft yang terikat pada platform atau deck kapal akan terlepas sendiri kemudian mengapung ke permukaan dan terkembang hingga sempurna. Semua Personal On Board juga dituntut memiliki kemampuan membalik lifecraft yang terbalik. Berdiri tepat di atas tabung CO2 kemudian melebarkan kaki selebar bahu dan tarik tali yang berada di atas lifecraft yang dalam keadaan terbalik tersebut adalah salah satu metode untuk membalikkan posisi lifecraft ke posisi yang sebenarnya. Posisikan kaki dalam keadaan lurus dan perhatikan arah angin karena bisa membantu dalam proses pembalikkan lifecraft tersebut.
Renang Berkelompok salah satu metode yang bisa digunakan untuk menuju ke posisi lifecraft atau tempat lain yang lebih aman adalah dengan cara melakukan renang berkelompok.  Posisikan korban-korban dalam satu baris, korban terdepan berfungsi sebagai commander agar gerakkan mendayung menggunakan tangan bisa dilakukan dengan kompak. Sedangkan korban yang paling belakang berfungsi mengatur direction dari barisan tersebut. Dalam posisi ini, kaki korban dijepit ke badan korban yang berada di depannya sedangkan kedua tangan digunakan untuk mendayung. Posisi renang berkelompok seperti ini bisa juga berfungsi membawa korban yang cidera atau dalam keadaan paling lemah dengan memposisikan korban tersebut ditengah barisan. Setelah berada dekat dengan lifecraf korban segera berpegangan pada tali yang berada di sekeliling lifecraft. Korban dengan kondisi fisik terkuat naik pertama kali karena untuk naik ke dalam lifecraft diperlukan tenaga yang tidak sedikit, apalagi dalam posisi mengenakan pelampung. Posisikan badan sedekat mungkin (sampai menempel) ke lifecraft, kaitkan kaki di tangga yang terbuat dari tali kemudian dorong tubuh hingga dalam posisi berdiri dan lakukan roll depan untuk masuk ke dalam lifecraft. Singkirkan terlebih dahulu benda-benda yang menempel pada korban yang akan naik masuk agar tidak merusak lifecraft tersebut. Selanjutnya bantu korban-korban yang belum naik dengan memegang pakaian korban, bukan dengan memegang tangannya secara langsung. Setelah semua korban masuk ke dalam lifecraft, segera lakukan penunjukkan leader dari kelompok tersebut agar pengambilan keputusan selanjutnya bisa berjalan dengan baik. Selama berada di lifecraft terdapat 4 (empat) langkah yang dilakukan oleh kelompok tersebut yaitu Protection, Organization, Location, Comfort. Langkah pertama yang dilakukan adalah Protection. Segera pasang anchor sea agar lifecraft tidak terombang-ambing terlalu jauh oleh gelombang maupun arus laut. Periksa survival kit yang berada di dalam lifecraft, selanjutnya periksa dengan seksama seluruh bagian lifecraft sebagai antisipasi bila terjadi kebocoran. Gunakan dayung pada 2 sisi lifecraft untuk menjauh dari sumber bahaya. Bila posisi lifecraft sudah dalam kondisi aman, langkah selanjutnya adalah meng-organize kelompok tersebut. Lakukan pembagian tugas dengan menyerahkan tanggung jawab penggunaan survival kit kepada seluruh anggota kelompok. Berikan obat anti mabuk sebelum anggota kelompok merasa mabuk laut dengan waktu 8 jam sekali atau 3 kali dalam 24 jam. Bila ada anggota kelompok yang terlanjur akan muntah, gunakan plastik yang tersedia, jangan membuang muntahan di laut karena bisa mengundang binatang laut yang berbahaya, begitu juga dengan darah bila ada korban yang terluka. Leader menjelaskan cara penggunaan survival kit tersebut sekaligus mengatur jadwal jaga dan istirahat anggota kelompok. Selain itu, Group Leader juga harus bisa melakukan pendekatan persuasif bila ada anggota kelompok yang mulai kehilangan kepercayaan diri dan kemauan untuk bertahan hidup.

Location, langkah ini dilakukan untuk memberitahukan kepada regu penolong mengenai posisi lifecraft korban kecelakaan. Segera lepas EPIRB ke permukaan laut dengan mengikat terlebih dahulu tali EPIRB tersebut pada salah satu bagian lifecraft, yakinkan sebelum dilepas tombol dalam posisi On (menyala). Posisikan radar reflector dengan ketinggian lebih dari 1 meter dari permukaan laut sehingga bisa terdeteksi oleh kapal-kapal atau regu penyelamat. Bila mendengar suara mesin pesawat, helicopter, atau kendaraan lain segera nyalakan signal asap (bila siang hari) dan signal api (bila malam hari). Saat regu penyelamat atau kendaraan lain sudah dapat terlihat segera gunakan signal mirror (pada siang hari) ke arah kendaraan atau regu penyelamat tersebut. Prinsipnya, gunakan alat-alat pemberitahu lokasi tersebut seefektif dan seefisien mungkin. Hal tersebut berlaku juga untuk makanan dan minuman. Jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang terdapat dalam survival kit sebelum 1 x 24 jam. Usahakan mencari sumber lain terlebih dahulu, misal dengan memancing dan mengumpulkan air tawar. Air tawar bisa berasal dari air hujan, embun, maupun proses penyulingan air laut dengan alat-alat yang tersedia atau gunakan plastik untuk menyuling manually. Setelah semua langkah-langkah dijalani dengan baik, selanjutnya adalah memikirkan tentang kenyamanan, Comfort. Keringkan lantai lifacraft menggunakan alat yang tersedia, jemur pakaian dan pelampung sehingga bisa digunakan sebagai alas tidur. Lakukan forum-forum diskusi atau sekedar bercerita antar anggota kelompok sehingga moral dan kemauan bertahan hidup anggota kelompok dapat tetap terjaga sampai dengan bantuan datang. Bila ada salah satu anggota kelompok yang meninggal, segera lakukan musyawarah untuk menentukan langkah apa yang musti dilakukan. Prinsip utamanya adalah mendahulukan atau memenangkan keinginan anggota kelompok yang masih hidup bila ada yang keberatan mayat korban tersebut tetap berada di dalam lifecraft. Bila keputusannya adalah dengan membuang mayat tersebut, lakukan pembungkusan mayat dengan seksama agar pada saat dibuang tidak mengundang binatang-binatang laut ke arah lifecraft sehingga akan membahayakan kelompok tersebut. Proses penyelamatan korban bisa dilakukan dengan berbagai cara, misal dengan kapal boat, kapal pesiar, kapal nelayan atau dengan helicopter. Pada saat penyelamatan dilakukan dengan helicopter, segera keluar dari lifecraft dengan tetap berpegangan pada tali agar tidak terpencar karena arus maupun gelombang laut. Pastikan tali penolong telah menyentuh air agar efek listrik statis hilang terlebih dahulu. Secara umum, kemungkinan bertahan seorang korban kecelakaan di laut adalah bersumber dari dirinya sendiri. Sikap mental yang positif untuk tetap berkemauan bertahan hidup dan pelatihan-pelatihan safety yang diikuti bisa menjadi modal signifikan agar bisa tetap bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Persiapkan segala sesuatu sebelum berangkat ke lokasi kerja dan selalu mematuhi aturan keselamatan yang berlaku di manapun serta tidak bertindak ceroboh merupakan tindakan preventif untuk meminimalisasi kejadian kecelakaan yang bisa berakibat fatal.
D.    Pengertian Fitter dan Welder
Fitter
Fitter adalah seseorang yang melakukan pekerjaan perakitan ataupu penyetelan pada sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan bahan logam ,yang terbuat dari besi,baik baja ataupun karbon steel,atau pun bahan yang terbuat dari almunium dan stainleessteel.
Pekerjaan fitter biasanya banyak dilakukan oleh kaum laki-laki .pekerjaan itu jarang di lakukan oleh kaum hawa,di karenakan banyak harus di gunakan dengan alat bantu yang tidak memungkinkan apa bila kaum hawa melakukan nya.contoh nyapekerjaan fitter biasanya tidak terlepas dari alat-alat sebagai beriku cuting toas ; adalah sebuah alat yang di gunakan untuk memotong logam yang terbuat dari besi biasa (carbon steel) atau pun besi baja. adapun cuting toas terdiri dari beberapa bagian, oxigen,accitiline.serta selang penghubung dari dua sisi yaitu dari oxigen yang berfungsi untuk mengeluarkan angin untuk memotong benda tsb,serta selang penghubung ke accitiline untuk melakukan pembakaran atau melunak kan benda logam tsb.kemudian terahir adalah cuting toas itu sendiri yang ber fungsi untuk di pegang si fitter tsb untuk menjalankan exsekusi pemotongan.
Measuring ; adalah alat untuk melakukan pengukuran (meteran) untuk membantu seberapa ukuran yang mau kita kehendaki atau sesuai dengan order.
Drawing ; Pekerjaan fitter tidak terlepas dari drawing (gambar), yang di pakai untuk patokan untuk melakukan suatu pekerjaan,mau di bikin apa kah pekerjaan itu ,mau di jadikan bentuk seperti apa,harus mengikuti apa yang tertera pada gambar .
masih banyak lagi alat bantu yang di gunakan untuk membantu pekerjaan fitter diantaranya,siku, baji, humer,chainblock,cotrex,profile cuting, saw machine,dll. Perlu di ingat bahwa pekerjaan fitter tidaklah mudah di karenakan dari segi fisik kita haruslah kuat juga tidak lepas dari rumus -rumus yang ada di ilmu matematika.kita jangan melupakan apa yang kita pelajari sewaktu kita mendapat pelajaran pada waktu kita bersekolah dulu.karena banyak sekali ilmu matematika yang di gunakan dalam melakukan pekerjaan sebagai seorang fitter,apa lagi kalau seorang fitter sudah melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan perpipaan,(pipe fetter)pasti tidak lepas dari rumus -rumus yang ada di il mu matemetika.banyak sekali menggunakan rumus rumus dalam mengerjakan pekerjaan yang di lakukan oleh seorang fitter.
Welder.
welder adalah orang yang berprifesi melakukan pengelasan(penyambungan) pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda - benda logam yang terbuat dari bahan besi biasa (carbon steel) atau baja.juga pada benda yang terbuat dari bahan dasar stailees atau alumunium.

welder ada tingkatan masing masing menurut benda yang mau di lasnya,serta setificatenya.
ada welder mick, welder stick, serta welder Argon. welder Argon khusus untuk bahan yang terbuat dari bahan alumunium serta dari stainlees steel.

Antara pekerjaan welder dan fitter keduanya mempunyai hub erat di karenakan keduanya di lakukan seiring bersama.pekerjaan welder dan fitter biasanya di bantu oleh beberapa helper untuk membantu pekerjaaan nya.
E.     Sekilas tentang CV BORNEO PUTRA JAYA
CV BORNEO PUTRA JAYA adalah bagian dari kanal regional penyalur tenaga kerja yang berkompeten, guna disalurkan ke perusahaan – perusahaan rekanan.
Sebagai tenaga lokal diambl dari Gresik dan di salurkan keperusahaan di Gresik, tidak menutup kemungkinan juga mengambil dari luar kota, seperti surabaya, sidoarjo,dsb.
Tenaga yang di salurkan mengenai jasa – jasa koontraktor BPMIGAS ( Badan pertambangan minyak dan gas)
Wadah unutk para lulusan SMA/SMK atau Universitas yang berkompeten agar siap untuk dipekerjakan di perusahaan BPMIGAS.  Dalam BPMIGAS sendiri yang  diambil tenaganya yaitu Welder, Fitter, Helper, Akuntan. Welder disini adalah tenaga kerja pengelasan pipa-pipa gas atau minyak. Fitter disini adalah Pengarah atau pengurus pipa untuk di las Fitter disini bisa menjadi seorang super visor. Helper adalah tenga kerja yang membantu perkerjaan Welder dan Fitter, Helper juga berfungsi sebagai tenaga serba bisa kebanyakan helper disini lulusan SMA yang belum mempunyai pengalaman.
Proses pelatihan disini untuk membimbing para Welder guna mendapat sertifikat Las BPMIGAS. Las BPMIGAS dialkukan 6 bulan sekali guna mencoba kelebihan dan kekurangan para welder. Kebanyakan BPMIGAS beroperasi di lepas pantai yang membutuhkan sertifikat sea survival. CV BORNEO PUTRA JAYA (BPJ) menangani pelatihan sea survival yang bekerjasama dengan marinir surabaya. Dalam pelatihan Sea Survival para peserta diajarkan bagaimana menyelamatkan diri di laut menggunakan alat seadanya atau kemampuan seadanya.

Kelebihan CV BORNEO PUTRA JAYA
1.      Setiap bulan menangani min 50 perserta untuk di test sea survival.
2.      Penyaluran tenaga Welder, Fitter, Helper yang profesional
3.      Informasi yang disajikan cepat dan akurat
4.      Menjadi rujukan masyarakat yang memerlukan informasi
5.      Mendapat kepercayaan besar dari para pelaku dunia usaha yang ingin
menyampaikan perkembangan produk maupun layanan terbarunya

F.     Deskripsi Pelaksanaan Magang
Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dimana program studi mengharuskan para mahasiswa untuk melakukan  magang kerja di pusat sumber belajar pada suatu lembaga pendidikan dan pelatihan atau perusahaan yang berkaitan dengan spesifikasi Teknologi Pendidikan, guna menambah ilmu pengetahuan serta keterampilan yang telah diperoeh selama proses belajar mengajar di program studi Teknologi Pendidikan.
Magang  dilaksanakan  mulai dari tanggal 10 Maret 2011 hingga 9 Mei 2011. Selama rentang waktu dua bulan, tugas yang diberikan adalah mengurus pelaitihan karyawan.
G.    Kendala dalam Pelaksanaan Magang
Selama pelaksanaan  magang terdapat satu kendala yaitu terbenturnya antara waktu perkuliahan di kampus dengan jadwal magang yang telah ditentukan. Jarak antara kampus dengan tempat magang  relatif jauh  sehingga dibutuhkan waktu selama perjalanan dari kampus ke tempat magang maupun sebaliknya. Untuk mengatasinya peserta magang berkoordinasi dengan  pembimbing dari CV Borneo Putra Jaya.
H.    Analisis Keseluruhan Pelaksanaan Magang
Secara keseluruhan pelaksanaan  magang di CV Borneo Putra Jaya tergolong baik dan lancar karena mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan secara optimal dan tepat waktu. Selain manajemen yang bagus di CV Borneo Putra Jaya, hal ini disebabkan  juga karena intensnya koordinasi antara peserta magang dengan semua staf  CV Borneo Putra Jaya. Berbagai saran dan masukan dari pembimbing CV Borneo Putra Jaya merupakan modal penting dalam terselesainya semua tugas-tugas yang diberikan kepada peserta magang.


BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan dan Saran
1.      Simpulan
Dari  hasil pelaksanaan magang yang berlangsung selama dua bulan di CV Borneo Putra Jaya dengan jumlah peserta 1 orang  mahasiswa dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya tergolong lancar dan berlangsung dengan baik sehingga terdapat kerjasama yang saling menguntungkan. Bagi peserta magang ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena selain dapat menambah wawasan secara tidak langsung juga dapat belajar lebih jauh tentang aplikasi Teknologi Pendidikan khususnya dalam ilmu komunikasi sebagai Pengajar.

Kelancaran dalam  pelaksanaan  Magang didukung oleh:
a.       Disiplin ilmu, yakni kesesuaian antara Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dengan tugas-tugas yang diberikan selama pelaksanaan magang.
b.      Semangat, kerjasama serta koordinasi yang baik antara mahasiswa dengan  pembimbing magang serta semua staf CV Borneo Putra Jaya.
Hal-hal yang  menghambat  pelaksanaan  magang :
a.       Terbenturnya antara jadwal magang dengan kegiatan perkuliahan di kampus sehingga mahasiswa peserta magang sering koordinasi tentang jadwal magang dengan pembimbing dari CV Borneo Putra Jaya.
2.      Saran
a.       Bagi Mahasiswa
1)      Harus dapat disiplin dan memanfaatkan waktu secara maksimal.
2)      Serius dan sungguh-sungguh dalam belajar dan bekerja.
3)      Harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
4)      Harus mampu bekerjasama serta berkoordinasi dalam sebuah teamwork.
5)      Selalu berpikir “K ontribusi apa yang bisa kita berikan kepada Sekolak/Diklat/Institusi mitra tempat Magang?” sehingga dapat mendorong mahasiswa untuk dapat bersungguh-sungguh dalam menunjukkan kinerjanya. 
b.      Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
1)      Mahasiswa lebih dibekali dengan kemampuan yang memadai.
2)      Membangun koordinasi dengan tempat mahasiswa magang.
c.       Bagi CV Borneo Putra Jaya
1)      Bagi para staf CV Borneo Putra Jaya lebih meningkatkan semangat dan rasa kebersamaan.
2)      Bagi para staf senior jangan pernah bosan untuk membagi ilmu dengan juniornya, termasuk dengan anak-anak magang.